Karakter, Modal Pembangun Bangsa
Zaman
sekarang telah terhitung masuk di Era Globalisasi. Arus globalisasi yang
melanda dunia mempunyai dampak multidimensional. Baik di bidang sosial budaya hingga
pemikiran atau sistem nilai kehidupan suatu bangsa. Di Indonesia, globalisasi
hanya dapat dirasakan di kota - kota besar. Namun dengan adanya kemajuan
teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi, globalisasi telah menyebar
ke seluruh penjuru tanah air. Teknologi mengalami
loncatan yang semakin canggih pada pertengahan abad ke-20. Contohnya adalah
hadirnya internet. Dan kini telepon genggam dengan segala fasilitasnya telah
bermunculan bak jamur di musim hujan. Pelan tapi pasti, teknologi telah menyentuh
sudut - sudut desa.
Karena globalisasi, seluruh umat manusia
terlibat di dalamnya. Dimana mereka terkoneksi pada sebuah tatanan kehidupan
manusia yang baru. Secara khusus, gelombang globalisasi itu memasuki tiga arena
penting di dalam kehidupan manusia. Yaitu arena ekonomi, arena politik, dan
arena budaya. Jika suatu masyarakat tidak siap menghadapi tantangan multidimensional
akibat perubahan dan tidak mampu memanfaatkan peluang, maka mereka hanya
menjadi korban yang tenggelam di tengah-tengah arus globalisasi.
Dengan
kemajuan teknologi yang kian pesat, globalisasi telah membawa beraneka ragam
budaya. Yang sangat dimungkinkan mempengaruhi pola pikir, tingkah laku, dan
sistem nilai masyarakat suatu negara. Parameternya adalah struktur sosial yang
berubah. Seperti halnya berkurangnya pertemuan sesama anggota dalam sebuah
organisasi. Mereka lebih memilih memanfaatkan kemudahan sosial media sebagai
alat bantu komunikasi, dari pada bersua di dunia nyata.
Dan
setiap perubahan di tengah arus globalisasi senantiasa mengundang konsekuensi.
Yakni munculnya sisi positif maupun negatif, seperti halnya internet. Minimnya pendampingan
dan pengawasan dari orangtua, membuat generasi muda bertindak semena – mena,
seenaknya menyerap budaya luar. Tentu hal ini berdampak pada kearifan lokal
yang mulai terabaikan. Sehingga kita perlu belajar melihat dunia dari
perspektif yang berbeda. Sesuai dengan kepentingan dan tujuan masing-masing
tanpa melunturkan identitas budaya bangsa Indonesia. Dengan memahami perbedaan
dan persamaan kebudayaan lain, akan menumbuhkan rasa saling pengertian dan saling
menghargai antar kebudayaan yang ada.
Perlu diketahui bahwa setiap orang
memiliki karakter masing-masing. Karakter dapat didefinisikan sebagai akumulasi
dari watak, kepribadian serta sifat yang dimiliki seseorang. Karakter dalam
diri seseorang sebenarnya terbentuk secara tidak langsung dari proses
pembelajaran yang dilaluinya.
Karakter manusia bukan bawaan sejak lahir,
namun terbentuk dengan sendirinya dari lingkungan hingga orang-orang yang ada
di sekitarnya. Oleh sebab itu, jiwa karakter manusia yang baik maupun tidak
terbentuk dari lingkungan tempatnya berasal. Karena pada dasarnya, karakter yang ada didalam diri seseorang
biasanya sejalan dengan tingkah lakunya. Dengan kata lain, karakter
sendiri sering dikaitkan dengan moral seorang individu. Karena karakter dan
perilaku setiap individu tidak memunculkan perbedaan yang begitu jauh.
Karakter anak bangsa saat ini sudah
sangat jauh yang diharapkan oleh sebagian orang. Bagaimana karakter dan moral
anak bangsa saat ini begitu lemah. Dunia pendidikan kita barangkali menjadi
laboratorium yang pas untuk mengungkap fakta tersebut. Contohnya saja kebiasaan
menyontek saat ujian, tawuran antar pelajar, merokok, kekerasan terhadap teman,
pergaulan bebas, penyalahgunaan obat-obatan, penculikan terhadap remaja, maupun
anak di bawah umur, aksi pornografi, pelecehan seksual, dan masalah kesenjangan
sosial saat ini. (Kompasiana, 2016).
Faktor yang menyebabkan hal tersebut
adalah kurangnya kedisiplinan para remaja, kurangnya perhatian dari orang tua,
guru, faktor teman sebayanya, dan kesalahan dalam penggunaan teknologi. Jika
hal ini terus dibiarkan, maka bangsa ini tengah menghadapi masalah yang begitu
serius. Karena tonggak generasi penerus bangsa dalam kondisi seperti itu, tidak
akan mampu bersaing dengan anak bangsa lain di kancah nasional maupun
internasional. Dan yang akan menjadi korbannya tetap anak bangsa saat ini.
Saat ini, generasi millennials menjadi
topik yang cukup hangat dikalangan masyarakat. Baik bila dikaji melalui aspek pendidikan,
teknologi, moral dan budaya. Millenials atau juga disebut dengan generasi Y
adalah sekelompok orang yang lahir setelah Generasi X. Yakni orang yang lahir
pada kisaran tahun 1980 - 2000an. Artinya, mereka yang disebut sebagai generasi
millenials adalah generasi muda yang berumur 17- 37 pada tahun ini.
Menjadi sebuah rahasia umum bila generasi
millennials sangat mendominasi dari segi aktivitas di sosial media, bila
dibandingkan dengan generasi X. Dengan kemampuannya di dunia teknologi dan
sarana yang ada, generasi millenials belum banyak yang sadar akan kesempatan
dan peluang di depan mereka. Generasi millenials cenderung tidak peduli
terhadap keadaan sosial seperti dunia politik atau perkembangan ekonomi Indonesia.
Kebanyakan dari generasi millenials hanya peduli untuk membanggakan pola hidup
kebebasan dan hedonisme. Memiliki visi yang tidak realistis dan terlalu
idealistis. Yang penting bisa gaya.
Maka dari itu, berikut adalah hal yang
bisa dilakukan jika ingin menjadi generasi millennial yang bermanfaat :
a.
Berpikir kritis
b.
Gunakan sosial
media secara bijak
c.
Membantu orang
lain
d.
Membuat visi
yang realistis
e.
Membangun ide
f.
Membuat Start Up
Sesuai dengan slogan “Excellent With
Morality” dari Universitas Airlangga, mahasiswa harus dapat menerapkan ilmunya
dengan pembentukan moral yang baik. Karena fakta yang terjadi adalah mahasiswa
tidak dapat menerapkan ilmunya dalam kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa memang berperan
sebagai agen perubahan yang sedang menempuh pendidikan di suatu perguruan
tinggi. Hanya saja mereka tetap menjadi wadah pemberi solusi bagi berbagai
permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat di suatu negara.
Komentar
Posting Komentar