Maret Yang Lalu
(Hanya sebuah selingan hati dan pikiran yang terasa gelisah)
Bulan Maret,... Ya bulan awal bagiku untuk kembali berproduktif setelah 1-2 bulan harus karantina di sekitar rumah karena setelah pemulihan dari operasi.
Saat-saat masa pemulihan di bulan Februari saat itu, tiba-tiba dalam hati terbesit untuk berkeinginan memberikan rezeki Allah dari kepulangan Tanah Suci. Lalu kuceritakan kepada ibuku untuk mengabarkan keinginanku ini. Alhamdulillah dapat dukungan penuh. Segala barang-barang segera aku siapkan sekaligus aku ingin memberikan secuprit kertas yang berisikan kegundahan dalam hati dan klarifikasi atas perlakuanku selama ini kepadamu.
Aku baru mengetahui 1-2 bulan ini ketika aku mencari tahu tentangmu kepada teman karibmu. Ternyata informasi yang aku dapat dari nya bahwa intinya terdapat kesalahpahaman antara aku dan kamu terhadap sikapku kepadamu.
Bulan Maret, bulan saat penyebaran virus Covid-19 telah menyebar hingga ke Indonesia bahkan terdampak ke kota kelahiranku, Surabaya tercintaku ini. Setelah 1-2 hari aku siapkan semuanya, karena kondisi yang tak memungkinkan keluar jauh, aku berniat mencari tahu alamatmu kepada teman-temanmu.( Maaf, selama ini aku nda tau rumahmu,. aku bodoh, Maaf,. maaf maaf.). Setelah kesekian orang aku bertanya kepadanya, tak ada yang tau alamat yang jelas dan tepat. Ada yang tau jalannya namun tak tahu nomer rumahnya. Bahkan ada yang tau daerah kecamatannya saja.
Baiklah, aku berhenti sejenak. Aku masih tetap selalu stalking IG dan IG storymu. Diantaranya tugas mu (sebagai guru) memberikan PR kepada murid-murid ajarmu. Aku senang sekali bisa melihatnya dengan tersenyum di dalam kamar tiap kali ada story IG mu.
Pada sore keesokankan harinya setelah aku mencari tau alamatmu kepada teman-teman karibmu,. aku berniat membuka IG mu lagi. Awalnya kaget karena postingan IG mu tiba-tiba tidak ada sama sekali,. lalu aku mikir "oh mungkin, masih loading, wifi rumah lemot haha". Lalu aku coba buka sosial media lain, eh ternyata lancar jaya. Dalam hatiku "Oh berarti bukan karena lemot wifi dong".
Alhamdulillah, saat ini aku diamanahi untuk menjadi admin di beberapa akun organisasi. Akhirnya aku coba menggunakan salah satu dari akun organisasi. Oh TIDAK!!!. Sangat mengejutkan, ternyata postingannya utuh- masih bisa lihat postingan IG mu yang bekisar 229 itu.
Berkali-kali aku mencoba pakai akun IG lain, alhasil jawabannya sama, masih bisa melihat postingan IG mu secara utuh. Karena rasa penasaranku yang paling dalam, aku meminta tolong temanku untuk mengeblock sementara IGku, alhasil ternyata bentuk Akun ku sama seperti akun IG mu. Oke, akunku diblock, ya Tuhan.
Rasa shock, kaget tak terkira.....
Perlahan-lahan, lari ke rempat tidur sebelah dan berdiam diri... Perlahan demi perlahan air mata ku ini bercucuran hingga membasahi bantal ku. Mulut yang tak bisa berbicara apa-apa, hanya merasa sakit hati yang sangat dalam.
Saat itu ibuku sedang istirahat sejenak di kasur sebelahku,. Dan mendengar suara kecilku. Ibuku mendekatiku,.
Ibuku bertanya " Rul, kamu kenapa?"
Aku menjawab "Gak papaku, angop saja, aku ngantuk" (Jawabku dengan berbohong). Aku belum siap bercerita akan hal ini. Aku takut kalau ibuku tau, ibuku merasa sedih. Aku tau, ibu sangat mendukungku jika aku bersama dengan mas itu.
Keesokan harinya, aku masih menenangkan diri. Entah apa yang aku lakukan. Mulai ngechat teman-temanku, bercerita sana-sini, dapat support dari merekalah. Thank you sahabattkuu....
Malam harinya, suasana hatiku sudah merasa lumayan tenang. Aku mencoba bercerita biasa ke ibu. Apalah aku tak tau apa yang ada dalam pikiran ibu.
Aku mencoba-mencoba menggali kira-kira alasan apa yang membuat kamu melakukan hal ini,,,???
Beberapa hal lain yang mungkin dan mungkin saja karena itu. Begitu juga ibuku mengira bahwa itu itu dan itu. Ibuku menenangkan diriku dengan mengatakan "rul, sudah jangan cari tau dulu,. diamkan dulu saja. kamu sekarang berdoa kepada Allah terus menerus".
Sambil mengangguk-ngangguk. (iya bu)
Kupanjatkan doa sepanjang waktu,, sepanjang di sepertiga malamku,. Rasanya lega sekali bercerita kepada ALLAH, dengan bercucuran air mata yang membasahi mukenah hijauku.
Katanya, jodoh itu sudah ditangan Tuhan, namun kalau tidak dijemput maka akan tetap terus ditangan Tuhan. Aku terus berusaha mencari informasi agar aku bisa mendapatkan beberapa informasi apapun itu.
Aku mencoba menghubungi salah satu teman organisasku dulu, ya dia cowok sih. Aku meneleponnya hingga malam, dan dia mau membantuku dengan cara mempertemukanku ke salah satu sahabat dekat kamu agar aku bisa dipertemukan untuk mencari informasi tentangmu.
Sungguh senang sekali...
Keesokan pagi, aku menceritakan kepada ibu. Ibuku agak was was karena dengan kondisi seperti ini. Bahkan saat itu ada kasus tetangga yang barusan dikatakan positif covif-19.
Kebingungan dan keresehan ku mulai muncul....
Yaaa... aku resah, betaapa tertekan sekali batinku.. Semakin menjauh, hatiku semakin dekat. Maaf, ini bukan gombal apalah itu. Tapi ahh, aku tak bisa menceritakan rasa batinku dengan sebuah coretan tulisan di sini.
*Mungkin buat kalian hei para pembaca siapapun, yang pernah merasakan kerindukan yang tak terbalaskan, mungkin kau akan merasakan ga enak didada*.
--belum selesai--
Beberapa hari kemudian, aku sering bercerita ke ibu terkait perkembangannya. Tiba-tiba aku terbesit untuk menghubungi lewat chat ke sahabat karibnya mas itu.
Ibuku menyetujuinya. Oke, kuambillah handphoneku,
Kebetulan saat itu teman IMM Cabang Bidangku dahulu menghubungiku untuk dicarikan pemateri diskusi online. Tepat sekali, aku menghubungi sahabat karib mas itu. Seusai selesai membahas tentang pemateri diskusi online, masuklah pembahasan tentang informasi tentang mas itu....
Terkejutnya, salah satu chatnya dia mengatakan kepadaku "loh ngarep ta ke .....? Baru tahu aku".
Oke, dalam besitku sudah terdapat penilaian tentang antara aku dan kamu dahulunya...
Kemudian, aku sampaikan kabarku kalau aku ingin memberikan bingkisan sesuatu kepada ....... . Dia menawarkan diri untuk dititipkan ke dia dan diberikan ke kamu.. Ahh, Rasa lega sekali, Setelah ku minta alamat tempat tinggalnya, aku kirim go send.
Chatpun masih berlangsung.
Ketika barang telah sampai,. dan ternyata dia masih menghubungimu untuk mengabarkan tentang pemberian bingkisanku.
1-2 hari ternyata belum ada balasan. Hari ketigapun baru ada balasan dari mas..... .
Kaget sekali ketika sahabat karibmu memberi balasan bahwa kau tak mau menerima pemberianku.
Diakhir chatku dengan sahabat karibnya, bahwa "mungkin kamu dianggap dia sebagai adik tingkatnya..............".
Oh tidak, hatiku terasa kebingungan sekali.......
WHY?
Kuingat sekali bahwa dahulunya kamu memiliki rasa kepadaku. Ya itulah cerita dari perantara aku dan kamu saat 3 tahun yang lalu.
Namun, kenapa sekarang sahabat karibnya bilang begitu?? Hati dan pikiranku pun merasa terhilang arah namun masih kukontrol dengan merenung dan bercurhat ria ke ibu.
--to be continue-
Komentar
Posting Komentar